Memukul orang lain adalah tahap perkembangan anak-anak yang normal. Sebagian besar anak akan diajarkan untuk tidak memukul orang lain. Orang tua yang ingin mengajarkan anaknya cara berhenti memukul orang lain harus mempertimbangkan sumber pemukulan, alasan pemukulan, dan coba ajarkan hal lain sebagai pengganti memukul.
Ketahuilah bahwa memukul terkadang dapat sulit dikontrol, sebagian besar waktu pengajaran dilakukan ketika anak sedang tenang.Memahami Alasan Anak Anda Memukul.
1. Pertimbangkan perkembangan normal anak.
Bayi pada umumnya menjelajahi dunia dengan menggigit dan memukul benda-benda di sekitarnya. Tangan dan gigi adalah alat sosial pertama anak. Anak belajar menggunakan keduanya untuk menjelajah sekaligus melihat reaksi tanggapan yang diterima.
Menggigit dan memukul paling sering dilakukan pada usia 18-30 bulan, ketika bahasa anak masih berkembang.
Menggigit biasanya berhenti saat bahasa anak berkembang, tetapi memukul biasanya berlanjut selama beberapa tahun sampai awal masa kanak-kanak.
2. Pelajari alasan anak memukul.
Jika anak memukul pada lingkungan tertentu, misalnya di rumah atau TK, lihatlah tempat-tempat tersebut untuk melihat penyebab perilaku tersebut. Mungkin perilaku anak adalah bentuk komunikasi nonlisan.
Sebagian besar anak kesabarannya tipis ketika lelah. Ingat kembali apakah memukul terjadi pada waktu atau situasi tertentu saja.
Pertimbangkan kemungkinan anak hanya merespons perilaku tidak baik. Mengejek dan menggertak sering kali dilakukan dengan halus dan anak tidak tahu cara menanggapinya. Jika hal ini yang terjadi, Anda perlu menjelaskan perilaku tersebut seiring dengan usaha Anda mengajarkan hal lain sebagai pengganti memukul
3. Ingatlah bahwa marah itu wajar.
Mengajarkan anak untuk mengenali perasaannya sangatlah penting. Marah, frustrasi, cemburu adalah jenis-jenis perasaan yang alami dan normal. Jangan pernah membuat anak merasa malu terhadap perasaannya, walaupun Anda sedang berusaha mengajarkan hal lain sebagai pengganti memukul.
Perhatikan cara Anda merespons perasaan dan kemarahan Anda. Gunakan momen ini untuk membantu mengajarkan anak untuk tidak memukul. Sebagai contoh, jika Anda marah kepada seseorang, gunakan tangan sebagai boneka. Katakan “Oke, tangan. Kamu merasa marah, tetapi jangan memukul, ya?” Mungkin cara ini terdengar konyol, tetapi anak Anda akan memahami maksudnya.
Gunakan kata-kata untuk mengenali perasaan Anda akan membantu anak menghubungkan kata-kata dengan perasaannya. Ungkapkan kemarahan, kesedihan, atau rasa frustrasi dengan jelas supaya anak belajar bahwa perasaan-perasaan ini normal dan wajar.
Tindaklanjuti dengan menyatakan bahwa Anda akan membantu anak merasa lebih baik. Sebagai contoh, katakanlah, “Aku merasa marah, tetapi aku akan tenang lagi setelah 5 hembusan napas lega.”