Menurut rektor UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel) Masdar Hilmy mengatakan bahwa tantangan Indonesia dan NU (Nahdlatul Ulma) kedepannya semakin berat, terlebih lagi saat ini banyak ideologi radikal masuk secara masif, baik di Indonesia sendiri maupun di negara lain. Oleh karena itu NU dipandang perlu menjadi kekutan dunia dengan islam wasathiyahnya mampu membendung penyebaran kelompok-kelompok radikal dengan melakukan model eksportasi wasathiyah.
“NU harus mendunia, NU harus menjadi kekuatan global yang berperan sebagai kekuatan utama untuk membendung kelompok-kelompok radikal baik radikal atas nama agama maupun radikal atas nama sekulerisme. Sudah saatnya NU melakukan eksportasi model keberagaman wasathiyah ke belahan dunia Muslim lainnya untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin,” ucap Masdar kepada wartawan, Rabu 6 Oktober 2021.
Menurut Masdar Hilmy, doktor lulusan The University of Melboune Australia bahwa NU merupakan tulang punggung negara. Oleh karenanya NU harus tetap dijaga dengan tetap menjaga sumber daya yang ada. “Jangan sampai NU ini lelah. Untuk itu proses regenerasi harus diwujudkan secara rasonal, bermartabat, dan berkesinambungan,” tegasnya.
Dengan melakukan regenersi itu NU telah memanfaatkan banyak potensi kader yang tidak hanya menguasai ilmu pesantren dengan sanad keilmuan yang tergaja, namun juga mereka yang berhasil lulus dari berbagai macam perguruan tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Masing-masing mereka memiliki banyak disiplin ilmu sesuai bidangnya.
Dilihat dari banyaknya kader NU dengan berbagai kelebihannya, Masdar mengatakan “NU butuh menjaga soliditas kadernya sekaligus terus mengkonsolidasi mereka menjadi satu gerakan yang sama”.
Dalam pandangan Masdar, NU saat ini sudah menunjukkan perannya untuk bangsa. Diantaranya yakni melakukan counter terhadap upaya pemuja hoax dan hate speech. Juga kader-kader yang berada dalam naungan banom (Badan Otonom) NU mereka telah membendung banyak kejahatan siber.